21 September 2025, Otorita IKN menerima kunjungan Fakultas Vokasi Universitas Balikpapan dan Asosiasi Perguruan Tinggi K3 Indonesia untuk lihat langsung penerapan K3 di lapangan, termasuk proyek Istana Wapres. Pesannya jelas: K3 di proyek skala raksasa itu bukan dokumen, tapi behaviour harian. 

Yang perlu ditantang: kurikulum K3 sering berat di teori, ringan di job hazard analysis yang kontekstual. Mahasiswa lulus paham istilah, tapi kaku saat diminta “tutup loop” antara temuan inspeksi—rencana mitigasi—verifikasi efektivitas.

Checklist “field-ready” yang bisa kamu dorong ke partner akademik/klien:

  1. Mini-capstone 2 minggu di proyek aktif: tiap mahasiswa harus memimpin 1 toolbox talk, bikin 1 JSA, dan verifikasi kontrol (foto, meter, atau reading alat).
  2. Simulasi permit to work lintas vendor (hot work + confined space) pakai kasus nyata proyek.
  3. Latihan learning team pasca near-miss: bukan nyalahin pekerja, tapi gali error-enabling conditions.
  4. Dashboard K3 pemula: 6 metrik dasar (TRIFR, near-miss per 100k jam, audit finding open>30 hari, % toolbox talk tepat waktu, % corrective action selesai, dan temuan unsafe condition yang benar-benar dihilangkan).
  5. Role play komunikasi: bagaimana menyampaikan stop work authority ke mandor senior tanpa bikin defensif.

Buat bisnis/klien: rekrut junior HSE yang sudah membawa portofolio “tugas lapangan”—bukan transkrip nilai. Tawarkan onboarding 30 hari: minggu 1 (observasi), minggu 2 (co-lead inspeksi), minggu 3 (lead JSA), minggu 4 (presentasi learning report ke manajemen).

Why now? IKN memaksa standar. Kalau talenta K3 kamu “siap proyek” sejak hari pertama, kamu hemat 1–2 bulan ramp-up dan menutup celah risiko di fase paling rawan (mobilisasi kontraktor).